Wednesday, January 9, 2013

Puisi Ook Nugroho (Bag. I)

Perkenalkan puisi Ook Nugroho, cocok untuk dibaca di malam hari setengah gerimis dan dingin sambil menyeruput kopi panas :

Semoga cepet ketemu ya bukunya

Kliping puisi Ook Nugroho yang dikumpulin dari harian Kompas 2006 

Salah satu puisi beliau yg gak akan bosen dibaca

Dunia Tak Begitu Buruk

Dunia tak begitu buruk
dalam sebuah sajak. Tapi kau harus
bergulat lebih dahulu, merebutnya.
Menyudahi sekat-sekat bahasa

yang menjebakmu dalam sempit
kamar-kamar tak berjendela.
Sesudah itu, sebuah jalan panjang berkelak-kelok
membawamu pada ambang yang bimbang,

hari yang tanpa almanak. Musti
kau putuskan sendiri kapan kau terlahir
kembali ke dunia. Namamu yang lama
telah terhapus di bawah musim 

yang pelan mengembang dari balik
sepuluh jari-jemari anganmu hijau ungu
berganti-ganti. Yakinlah, tiada jadwal
resmi yang dulu merongrongmu

menderamu dengan tanda-tanda
yang tak ada. Sebab kini kau hanya lengan ruang,
lapang seleganya, bukan lagi sesiapa apa.
Tanpa kiblat selain jagat
2012


Aku Hanya Perlu

Aku hanya perlu secangkir kopi
Untuk menulis sebuah sajak, katanya
Dan segores luka, guna lebih
Menajamkan huruf-hurufnya

Dan segurat luka lagi
Sekadar memastikan ini semua
bukan pura-pura, bukan cuma tema
Dan gerimis diatas kertas
2012

Pikiran dalam Bus Berjejal

Hidup mungkin seperti bus kota ini
Orang-orang berimpitan
Begitu dekat tapi luput kaupahami
Siapa namanya, dimana turun nanti

Kalau beruntung kau dapat duduk
Dekat jendela, itu bisa berarti segalanya
Dalam ini bus berjejal, di mana tak sesiapa
Boleh sembarang diajak bicara

Duduk atau berdirilah diam
Di tempatmu kini, meski tak nyaman
Belajarlah bersabar, pertama kepada
Dirimu sendiri, kedua, penumpang

Mungkin usilan di sebelahmu itu
Belajarlah tabah, seperti bus kota ini
Sendiri, merayap pelan menjelajah sepi
Menembus belantara luka Jakarta

Mungkin, mungkin hidup
Seperti bus kota ini, kita di dalamnya
Terperangkap, sesama penumpang
Nasib yang tak kunjung lapang
2011


Lelaki Bulan, Perempuan Bintang

Suami yang kecewa
Sudah berhenti bicara
Dipalingkannya wajahnya
Pada alam di jendela

Mungkin masih ada
Bulan sepotong di sana
Mungkin masih terbaca
Alamat yang dulu

Istri yang kecewa
Sudah berhenti bertanya
Ia hadapkan mimpinya
Pada malam tersisa

Mungkin masih ada
Kerlip paras bintang
Padanya memandang
Menembus linang

Begitulah mereka :
Lelaki dan bulan
Perempuan dan bintang
Pada sebuag ruang-waktu

Dalam sebuah lagu
Komposisi yang ragu
Inerlude yang galau, mungkin
Ke akhir yang biru
2011

Kepada Politisi

Kita telah sepakat
Tak akan saling mengusik
Sampai bisa kubuktikan
Dengan sajak ini
Kau berkomplot
Mencuri surga dan melukai
Impian anak-anak

Memutus jalan
Mereka ke sekolah
Menjejalkan sampah
Ke benak mereka lunak
Kau tembuskan peluru
Ke rembulan luruh
Membungkam mulut bumi
Dengan undang-undang palsu

Sampai bisa kubuktikan
Dengan sajak ini
Kita bersebrangan
Tak ada pembicaraan
Bagaimana kita memulai
Zona perang ini tiada batas
2010



0 comments:

Post a Comment