Friday, July 22, 2011

Di Bawah Jembatan Layang


Hari menjelang sore, jalanan kala itu tidak terlalu ramai, tiba-tiba di lampu merah ada suara gebrakan pintu yang sangat keras. BRAK! Tika membanting pintu mobil sambil berteriak “ Dasar gila!”, lalu dia lari melewati mobil-mobil yang sedang berhenti, terdengar panggilan dari seorang pria “ Tikaaaaaa, kembali!”. Dia tidak mempedulikannya dan terus berjalan. Dan sekarang dia berada di seberang jalan raya, di bawah jembatan layang.. Sambil berjalan dengan langkah besar-besar, Tika mengumpat, “Huh. Memang dia pikir gue gak berani apa? Selalu gue yang harus denger kata-katanya! Sampah! bikin muak aja! Dasar laki-laki semua sama” Dengan tidak peduli, Tika terus berjalan di bawah jembatan layang itu, pikiran berkecamuk dibenaknya. Dia bosan mendengar kata-kata dari mulut laki-laki itu, selalu saja mengucapkan hal yang sama.

Sesekali Tika mendengar godaan-godaan dari supir-supir bis, dia malas meladeninya, menengok pun juga ogah. Tidak mungkin bisa menyebrang di jalan raya seperti ini, pasti Heru juga tidak bisa menyamperinya, mobil tidak mungkin bisa berhenti di jalan yang seramai ini, dalam hati dia tertawa. Sepertinya dia berhasil membuat cowok itu panik, rasakan itu! Tika sudah berjalan cukup jauh, karena dia merasa lelah dan haus, bukan kebiasaannya berjalan kaki seperti ini, apalagi di jalan raya, akhir-kahir ini aktivitasnya hanya di dalam rumah saja, tidak boleh keluar rumah, kata Bunda bahaya membiarkan anak perempuan satu-satunya di luar rumah tanpa ada pengawasan, alasan yang dibuat-buat! “Haaah capek…..” Tika mengeluh sambil memandangi sekelilingi apakah ada tempat duduk untuk sebentar dia beristirahat, lalu dia melihat pot bunga, sepertinya dia bisa duduk sebentar disitu. Lalu Tika berjalan dan duduk di pot bunga itu, sepi sekali disini, tidak ada orang, siapa juga yang mau jalan di tengah-tengah begini, pikirnya dalam hati. 


Heru, ini memang gara-gara laki-laki itu yang selalu ada di pikirannya, semua karena Heru sehingga dia berani keluar dari mobil, semua karena Heru di malam itu… Tika tidak mau membayangkannya, perasaan jijik menyelimuti dirinya.. Ia enggan mengingat-ngingat kejadian di malam itu, meskipun masih jelas terbayang di pikirannya. Apalagi setelah kejadian itu, Tika terlalu shock dengan jawaban dan alasan Heru…. Cowok gentleman yang selalu dibanggakannya tiba-tiba berubah jadi manusia tidak berperasaan, kasar, tidak bertanggung jawab.. Sesekali Tika memegang perutnya yang ia rasa sudah mulai membesar atau hanya perasaannya saja? Padahal ia sudah percaya pada Heru bahwa mereka akan menghabiskan sisa hidup bersama, bahwa kebersamaan mereka selama 2 tahun akan menjadi selamanya, setidaknya itu bayangan Tika dulu. Jika melihat perut ini yang semakin membesar, sungguh ia menyesal telah berharap banyak pada Heru.

Tiba-tiba lamunan Tika dikejutkan dengan suara anak kecil, “Kak, Koran kak..”, ternyata seorang bocah yang menawarkan koran. Tika hanya menatap anak kecil itu tanpa berkata, ia menatapnya sangat dalam..Tika membayangkan apakah yang akan terjadi jika yang di dalam perutnya ini ia lahir lalu dia tinggalkan, apakah akan menjadi penjual koran seperti anak ini? Atau dia akan menjadi seorang anak yang pintar? Dia laki-laki atau perempuan ya?
Lalu si anak yang sadar ditatap seperti itu berkata
 “Kaaak, mau beli gak? ngeliatin doang.. dasar aneeeh”
Tika kaget lalu dia tersadar dari lamunannya, ternyata si anak kecil itu sudah pergi menjauh.
Tika melihat sekelilingi lalu tertawa “hahaha gue ngapain sih disini?” sambil mengacak-ngacak rambutnya Tika menunduk dan menutup wajahnya dengan tangan, dia tidak tahan dengan semua ini, lalu tak terasa air matanya jatuh. Dia merasa sangat rapuh...

Tika sudah kehabisan akal, apa yang seharusnya dia lakukan? Pikirannya teringat dengan Bunda yang akhir-akhir ini selalu menangis di rumah apalagi kalau Tika mulai bercerita tentang kisahnya pacaran dulu dengan Heru, ceritanya seru tapi Bunda selalu menangis sambil memeluknya dan menyuruhnya untuk sabar. Terlebih lagi Abangnya, Tiko, kelakuannya aneh, dia terkadang hanya memandang Tika dengan iba, tidak banyak bicara. Padahal dulu Tika dan dia sangat akrab, tapi sejak Tika membuat pengakuan itu sikap abangnya berubah drastis. Mungkin kalau Ayah masih ada, dia pasti langsung akrab dengan Heru, pembawaan dan sifat mereka mirip, tetapi Heru lebih egois sepertinya.. HAH! Kenapa sih dengan orang-orang ini? Tika lelah menangis, dia merasa sangat lemah.. Ya lemah, itu yang menjadi kekurangannya. Tika selalu menurut apa kata Heru, dia selalu mengalah jika mereka terlibat pertengkaran, tidak peduli siapa yang salah, Tika pasti yang meminta maaf. Pernah sekali Tika marah besar dengan Heru, dia berencana mogok seminggu tidak mau menghubungi Heru, tidak mau mengangkat teleponnya, tapi Tika hanyalah seorang Tika yang lemah begitu Heru meminta maaf lewat SMS, Tika tidak kuasa menahan dan dia akhirnya menelpon Heru.. Tidak bisa, Tika tidak bisa melepaskan pikirannya tentang Heru..

Dia yakin pasti sekarang penampilannya sudah berantakan, daripada dipandang aneh oleh mobil-mobil yang lewat di jalan ini, Tika memutuskan terus berjalan menelusuri jalan di bawah jembatan layang itu. Hari sudah semakin gelap, sepertinya sekarang sudah magrib.. Lalu Tika memandang jalan disekitarnya, kiri kanan jalanan besar, Tika yakin dia tidak akan bisa menyebrang apalagi untuk sampai di pinggir trotoar sebrang sana, tempat yang semestinya orang berjalan, Tika harus menyebrang setidaknya 2 kali. Melewati jalanan yang sebesar ini harus hati-hati karena jalanannya kosong, mobil semua melaju dengan kecepatan tinggi, Tika tidak mau mati konyol..

Lalu dia terus berjalan dengan enggan, tatapannya kosong.. Air matanya dibiarkannya jatuh.. Kenapa Heru tidak mencarinya, menjemputnya? Meminta maaf padanya lalu mengantarkannya pulang? Kemana dia? Tika dikagetkan lagi dengan sesosok tubuh yang ada di depannya, bagaimana bisa orang tidur dibawah jembatan seperti ini? Dia tidur atau pingsan? Seorang pria muda sekitar 25 tahunan dengan baju compang camping terlihat tidur nyenyak di bawah jembatan seperti ini, Tika memandangi orang itu, dia merasa iba.. Lalu digoyangkannya tubuh pria itu, “Mas.. bangun Mas.. jangan tidur disini, bahaya” Pria itu tidak bergerak, Tika terus membangunkanya hingga akhirnya pria itu sadar “Aaaah, ngapain elu disini? “, jawab pria itu dengan nada marah karena merasa tidurnya diganggu. “Kamu jangan tidur disini… Disebelah sana aja, bahaya kalau disini”, Tika lalu menarik tangan si pria itu seolah-olah dia pria lemah yang butuh pertolongan. “Aaaah ganggu aja lu, pergi lu.. ini markas gua, lu gak izin-izin kesini, kurang ajar!” lalu pria itu mendorong tubuh Tika, karena kondisinya yang lemah Tika terjatuh. “Kenapa? Kenapa sekarang kamu kasar? Dulu kamu gak kayak gitu..” Tika menangis sambil berusaha bangun dan mendekati pria itu, tiba-tiba ada yang menarik tangannya dari belakang. “Tikaaaa… Abang nyariin kamu ya Tuhan” Tiko mendekap Tika dan membawa Tika menjauh dari pria itu, tapi Tika memberontak.. “Lepasin gue bang, itu Heru bang… dia tidur di jalanan kayak gini bang, Heruu bang…. Gue mau ketemu Heru….” teriak Tika sambil terus berusaha melepaskan dekapan Tiko. Tiko berusaha membawa Tika menjauh, “ Tikaa… itu bukan Heru, itu orang gila Tik… itu bukan Heru” bisik Tiko pelan ke telinga Tika, dia berusaha menenangkan adiknya. Pria itu entah sudah menjauh kemana, Tika kembali menjerit “Kenapa semuanya dibilang gila? Gue dibilang gila, Heru ada di depan gue terus dibilang gila juga! Lo kenapa sih Bang?! Lo kali yang gila!” teriak Tika yang berhasil melepaskan dekapan Tiko. 

Dengan sempoyongan Tika berusaha duduk, memegang kedua lututnya dan menangis terisak-isak “Ini gara-gara lo bang, Heru pergi lagi! Dia gak akan balik ….. Heru udah pergi…” Tiko berusaha menahan air matanya, ia tidak ingin terlihat lemah di depan adik satu-satunya. Dia mendekati Tika, dan mengelus kepalanya “Iya, nanti kita cari lagi sama-sama ya, tetapi kamu gak boleh jalan sendirian lagi disini, kita pulang sekarang yah, Bunda khawatir... ” ujar Tiko lembut. Tiba-tiba HP Tiko berbunyi lalu dia mengangkatnya “Iya Bunda, udah ketemu, dia kambuh lagi, disekitar jalanan di bawah jembatan layang yang deket lampu merah tadi” jawab Tiko dengan pelan.